• Pemerintah Rusia menyiapkan denda dan penyitaan bagi penambang kripto ilegal.
  • Penambang ilegal bisa diputus listriknya dari jarak jauh secara otomatis.

Pemerintah Rusia tampaknya sudah tidak ingin lagi bersikap lunak terhadap aktivitas penambangan kripto ilegal. Dalam arahan terbarunya, Wakil Perdana Menteri Alexander Novak meminta kementerian terkait untuk menyiapkan dasar hukum guna memperberat sanksi terhadap pelanggaran seperti pencurian listrik, koneksi ilegal ke jaringan energi, hingga pelanggaran larangan penambangan di wilayah tertentu.

Nggak main-main, denda yang diusulkan bisa mencapai dua juta rubel—dan itu belum termasuk ancaman penyitaan alat tambang maupun aset digital yang telah mereka hasilkan.

Rusia Mulai Bertindak Tegas Lindungi Jaringan Energi Nasional

Langkah ini muncul seiring meningkatnya tekanan dari perusahaan energi, yang dalam beberapa tahun terakhir merugi akibat konsumsi listrik liar. Di Irkutsk, misalnya, perusahaan listrik lokal mencatat kerugian hingga 800 juta rubel hanya dalam satu kuartal pertama tahun ini.

Angka sebesar itu tentu bikin pemerintah mulai berpikir ulang: mana yang lebih penting, jaringan energi nasional atau mesin-mesin penambang yang berisik tapi nggak terdaftar?

Lebih lanjut lagi, Rusia juga mempertimbangkan untuk menetapkan status baru bagi para penambang kripto sebagai “konsumen kategori keempat.” Artinya, pemerintah atau penyedia listrik bisa memutus aliran listrik mereka dari jarak jauh kapan saja—terutama jika ada lonjakan beban atau kondisi darurat energi.

Nggak cuma itu, semua alat tambang yang diimpor pun rencananya bakal diwajibkan punya sertifikasi resmi. Tujuannya jelas: menyaring mana pemain legal dan mana yang sembunyi-sembunyi main tambang di gudang kosong.

Namun demikian, langkah ini bukan berarti Rusia anti terhadap aset digital. Di sisi lain, negara itu justru makin serius membangun fondasi regulasi kripto yang terstruktur. CNF sebelumnya mengabarkan bahwa Rusia akan segera meluncurkan RUBx , sebuah stablecoin berbasis rubel yang berjalan di jaringan TRON. Melalui platform pembayaran RT‑Pay, proyek ini dikembangkan oleh Rostec dan dijadwalkan rilis akhir 2025.

RUBx sendiri akan dipatok 1:1 dengan mata uang rubel dan ditargetkan menjadi tulang punggung sistem pembayaran digital Rusia yang sesuai regulasi.

Ekspansi kripto di Rusia sebenarnya memang sedang tumbuh ke arah yang lebih formal. Awal Juni lalu, Sberbank—bank terbesar di Rusia—meluncurkan obligasi berbasis Bitcoin yang bisa diakses oleh investor terakreditasi. Menariknya, investor tidak perlu punya dompet kripto atau repot daftar ke platform asing. Semua sudah bisa dilakukan di dalam negeri, dengan sistem yang mereka klaim ramah pengguna dan tetap sesuai kerangka hukum lokal.

Bukan cuma itu, kripto juga mulai dipakai dalam kegiatan ekspor, terutama untuk komoditas seperti gandum dan minyak. Langkah ini diambil sebagai strategi untuk menghindari sanksi internasional yang membatasi transaksi menggunakan dolar atau euro. Jadi, meski di satu sisi para penambang liar mulai diburu, di sisi lain aset digital justru dijadikan alat untuk memperkuat kemandirian ekonomi negara.