Usaha kecil menanggung beban saat tarif Trump membentuk ulang perdagangan global

Pencabutan pengecualian tarif "de minimis", yang sebelumnya memungkinkan barang bernilai di bawah $800 masuk ke AS tanpa bea tambahan, telah berdampak signifikan pada konsumen dan bisnis Amerika. Pergeseran kebijakan ini, yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk membentuk kembali dinamika perdagangan global dan melindungi industri domestik. Namun, kebijakan ini telah mengurangi daya beli konsumen AS, terutama untuk barang sehari-hari seperti pakaian, elektronik, dan barang rumah tangga yang sebelumnya tersedia dengan harga lebih rendah dari platform e-commerce internasional seperti Shein dan Temu.

Pencabutan ambang batas de minimis telah memaksa banyak importir AS menanggung biaya yang lebih tinggi, yang semakin sering mereka bebankan kepada konsumen. Para analis memperingatkan bahwa seiring tarif diterapkan pada lebih banyak jenis barang, dampak inflasi akan terus meningkat. Misalnya, sebuah studi oleh The Budget Lab di Yale University memperkirakan bahwa rumah tangga AS dapat menghadapi tambahan biaya sebesar $2.400 pada tahun 2025 akibat kebijakan tarif ini. Dampaknya tidak merata, dengan beberapa perusahaan memanfaatkan jaringan manufaktur global mereka untuk mengambil keuntungan dari rezim baru ini, namun bagi sebagian besar bisnis—terutama yang kecil—beban finansial terasa nyata.

Bisnis kecil sangat rentan terhadap lingkungan tarif baru ini. Banyak yang tidak memiliki fleksibilitas keuangan atau kekuatan lobi untuk menyesuaikan rantai pasokan mereka dengan cepat atau menanggung biaya tambahan. Beberapa terpaksa memangkas staf, mengurangi pengeluaran, atau bahkan mempertimbangkan penutupan, menurut laporan terbaru. Lainnya mencari sumber pendapatan alternatif, seperti mengalihfungsikan fasilitas untuk penyimpanan atau logistik, guna mengimbangi kenaikan biaya impor. Misalnya, Busy Baby, produsen produk bayi, mulai menawarkan ruang gudang kepada perusahaan lain untuk menghasilkan pendapatan tambahan, meskipun hal ini hanya sedikit meringankan tekanan keuangan.

Dampak ekonomi secara keseluruhan dari tarif baru ini cukup kompleks. Sementara beberapa perusahaan, seperti David's Bridal, telah memanfaatkan infrastruktur manufaktur global mereka yang sudah ada untuk mengambil keuntungan dari perubahan kebijakan, sebagian besar bisnis AS menghadapi tekanan keuangan yang signifikan. David's Bridal, yang mengoperasikan fasilitas manufaktur di negara seperti Vietnam dan Sri Lanka, melaporkan peningkatan pendapatan karena perusahaan lain ingin menggunakan fasilitas mereka untuk menghindari bea impor AS yang lebih tinggi. Namun, ini adalah kisah sukses yang jarang terjadi, karena mayoritas bisnis kesulitan untuk beradaptasi. Korporasi besar seperti Nike memperkirakan ratusan juta biaya tambahan, dan banyak yang terpaksa menaikkan harga konsumen agar tetap bertahan.

Dampak ekonomi yang lebih luas dari kebijakan tarif AS melampaui batas Amerika. Para ahli memperingatkan bahwa kebijakan ini kemungkinan akan memperburuk tantangan ekonomi di Global South, terutama di negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor murah ke pasar AS. Negara-negara ini sering kali tidak memiliki kapasitas fiskal untuk menyerap guncangan tarif yang lebih tinggi dan mungkin terpaksa mengadopsi strategi "beggar-thy-neighbour", seperti devaluasi mata uang atau langkah proteksionis, yang dapat semakin mengguncang ekonomi global. International Monetary Fund dan Organization for Economic Co-operation and Development telah merevisi perkiraan pertumbuhan global tahun 2025 ke bawah, dengan alasan ketidakpastian dan volatilitas akibat tarif.