Penurunan terbaru Bitcoin, sekitar 12% di bawah rekor tertinggi sepanjang masa sebesar $124.000, telah memicu perdebatan apakah ini merupakan koreksi alami atau peringatan awal akan risiko yang lebih dalam.
Namun data menunjukkan bahwa penurunan ini mencerminkan pasar yang semakin matang di mana koreksi berfungsi untuk mengatur ulang leverage, bukan menghancurkan momentum.
Penyejukan Alami atau Tembakan Peringatan
Penurunan ini lebih besar dibandingkan penurunan pasca-ATH langsung yang terlihat pada reli sebelumnya, namun tetap dangkal jika dibandingkan dengan penurunan 70%-80% yang secara historis menandai pasar bearish. Menurut CryptoQuant, alih-alih menunjukkan kelemahan struktural, pergerakan ini sesuai dengan pola retracement terkontrol dalam fase ekspansi yang sedang berlangsung.
Sejak awal 2024, Bitcoin telah mencatat serangkaian kenaikan ATH yang jelas, yang berarti tren yang lebih luas tetap naik.
Dalam skenario saat ini, level teknis menunjukkan bahwa selama harga bertahan di atas zona support $109.000-$110.000 dan penurunan tidak melebihi sekitar 15%, kasus dasarnya mendukung konsolidasi dan potensi pengujian ulang pada kisaran $118.000-$122.000.
Data derivatif juga mendukung pandangan ini karena menunjukkan open interest mulai pulih setelah kontraksi singkat, sementara tingkat pendanaan tetap dalam batas normal. CryptoQuant menemukan bahwa kondisi seperti ini biasanya mendahului momentum baru, bukan penurunan kapitulasi.
Tidak seperti mania ritel tahun 2017 atau lonjakan dan kejatuhan eksplosif tahun 2021, CryptoQuant mengatakan bahwa siklus Bitcoin saat ini tampak lebih seimbang. Permintaan institusional dan arus masuk ETF spot memberikan momentum naik yang stabil, sementara aktivitas derivatif memperkenalkan koreksi periodik sebesar 10%-20%.
“Inti utamanya adalah pasar mungkin akan mengalami serangkaian penurunan moderat sebesar 10%-20% daripada satu kejatuhan kapitulasi.”
Puncak Berikutnya Tidak Akan Tiba Hingga 2026
CryptoPotato baru-baru ini melaporkan bahwa beberapa kekuatan makroekonomi sedang membentuk ulang siklus empat tahun Bitcoin yang sebelumnya dapat diandalkan. Para analis kini memperkirakan puncak besar berikutnya akan tiba pada 2026, bukan pada jendela 2024-2025 seperti biasanya. Secara historis, peristiwa halving Bitcoin telah mengatur ritme lonjakan pasar, namun kenaikan suku bunga AS dan jatuh tempo utang korporasi mengubah garis waktu tersebut.
Pendiri Global Macro Investor, Raoul Pal, mengatakan bahwa obligasi korporasi sering kali mengikuti jatuh tempo 4-5,4 tahun, yang secara bertahap memengaruhi perlambatan ekonomi dan memperpanjang siklus bisnis. Biaya pinjaman yang lebih tinggi menekan konsumen sementara Wall Street diuntungkan dari hasil obligasi yang tinggi, menciptakan lingkungan di mana likuiditas institusional lebih besar daripada partisipasi ritel.
Ini berarti aksi harga Bitcoin semakin terkait dengan kebijakan moneter dan arus modal global daripada murni guncangan pasokan akibat halving. Kombinasi siklus utang yang lebih panjang, kebijakan suku bunga yang ketat, dan pembelian institusional yang kuat dapat menunda puncak euforia berikutnya setidaknya satu tahun.
