Vitalik Buterin Memperingatkan Rencana Pengawasan Uni Eropa Mengancam Privasi Digital

Co-founder Ethereum, Vitalik Buterin, telah mengkritik regulasi Chat Control yang diusulkan oleh Uni Eropa, memperingatkan bahwa pemindaian pesan pribadi secara wajib akan menciptakan kerentanan keamanan yang signifikan.

Dikenal sebagai regulasi Chat Control, proposal ini akan memaksa platform pesan — bahkan yang terenkripsi — untuk memindai semua konten pengguna demi mencari tanda-tanda eksploitasi anak.

Regulasi Chat Control Uni Eropa Memicu Penolakan

Buterin memperingatkan bahwa langkah-langkah seperti ini, meskipun dikemas sebagai perlindungan anak, akan mengikis fondasi privasi digital. Ia berpendapat bahwa kebijakan apa pun yang mengklaim membuat masyarakat lebih aman dengan melemahkan keamanan individu justru menghasilkan hasil yang sebaliknya.

“Anda tidak bisa membuat masyarakat aman dengan membuat orang tidak aman. Kita semua berhak atas privasi dan keamanan, tanpa pintu belakang yang pasti bisa diretas, untuk komunikasi pribadi kita,” tulis Buterin.

Alih-alih, Buterin menegaskan bahwa reformasi keamanan yang bermakna seharusnya berfokus pada “penegakan hukum yang masuk akal” daripada penyadapan komunikasi digital secara menyeluruh.

Ia menambahkan bahwa pengumpulan data secara wajib sering kali menciptakan kerentanan baru, karena catatan pengawasan yang disimpan bisa menjadi target utama bagi peretas.

“Ada banyak peluang untuk meningkatkan keamanan saat ini, terutama seputar peningkatan penegakan hukum yang masuk akal, tidak sembarangan membebaskan pelaku berulang, dan sebagainya. Sementara itu, pesan digital yang disadap adalah kerentanan keamanan, dan ada banyak cerita yang mudah ditemukan di mana data penyadapan wajib yang dikumpulkan oleh satu pemerintah diretas oleh pemerintah lain,” kata Buterin.

Co-founder Ethereum itu juga menekankan bahwa warga negara seharusnya mendapatkan privasi yang sama secara daring seperti yang pernah mereka nikmati dalam interaksi tatap muka atau transaksi tunai.

“Kita membutuhkan lingkungan fisik kita aman dan kita membutuhkan lingkungan digital kita juga aman,” tambahnya.

Regulasi untuk Mencegah dan Memerangi Pelecehan Seksual Anak (CSAR) dibangun di atas sistem pemantauan sebelumnya yang digunakan oleh perusahaan teknologi besar untuk data yang tidak terenkripsi.

Sementara itu, kekhawatiran tentang regulasi ini semakin dalam setelah bocoran laporan tahun 2024. Dokumen tersebut mengungkapkan bahwa beberapa menteri dalam negeri mencari pengecualian untuk badan intelijen, polisi, dan staf militer.

Mengingat hal ini, Buterin dan para pendukung privasi mengatakan bahwa pengecualian ini menyoroti kemunafikan para pembuat undang-undang yang memberlakukan pengawasan yang tidak akan mereka terima untuk diri mereka sendiri.

Pratam Rao, co-founder perusahaan keamanan blockchain QuillAudits, menggemakan pandangan ini. Ia mencatat bahwa “setiap sistem pengawasan yang tidak akan diterapkan oleh pembuat undang-undang pada diri mereka sendiri secara otomatis bersifat tirani.”

“Mereka mengakui sistem ini berbahaya bagi privasi dan demokrasi. Mereka hanya tidak berpikir warga negara pantas mendapatkan perlindungan yang sama seperti mereka,” tulis Rao di X.

Akibatnya, Buterin telah mendesak masyarakat di seluruh Uni Eropa untuk menentang proposal kontroversial ini. Secara khusus, penolakan terhadap proposal ini telah mendapatkan momentum di platform media sosial X.

Data dari kelompok advokasi FightChatControl.eu menunjukkan bahwa hanya tujuh negara anggota Uni Eropa — termasuk Austria, Finlandia, dan Belanda — yang secara resmi menolak rencana tersebut.

Sementara itu, 12 negara lain, termasuk Prancis, Spanyol, dan Denmark, telah menyatakan dukungan terhadap regulasi kontroversial ini, sementara beberapa negara kunci seperti Jerman dan Italia masih belum memutuskan.